Sistem desimal

Penemuan sistem desimal yaitu menggunakan tanda koma (Indonesia) atau titik (Inggris) untuk memisahkan integer dari suatu bilangan dari bentuk pecahan (fraksional), menandai perubahan besar dalam melakukan suatu perhitungan. Bilangan pecahan terlalu rumit dan membingungkan dalam operasi penambahan dan pengurangan, dan dalam beberapa hal sulit untuk dilakukan perbandingan.
Dalam perkembangannya penulisan dengan menggunakan sistem desimal ini menjadi baku.
Contoh:
8.451,62 = 8.10³ + 4.10² + 5.101 + 1.10ยบ + 6.10-1 + 2.10-2

Kisah
Bandingkan dan sebutkan mana yang lebih besar dari 21/74 dengan 143/523? Sulit untuk mengukurnya. Tetapi, bila dikonversi menjadi bentuk desimal – katakan 6 digit, maka kita langsung dapat mengatakan mana yang lebih besar, untuk 21/74 = 0,283784 sedangkan 143/523 = 0,273423. Lewat sistem desimal ini kita langsung dapat menunjukkan bahwa 21/74 lebih besar.
Sistem desimal mulai diperkenalkan pada Renaissance. Pada tahun 1492, Francesco Pellos (1450 – 1500) menerbitkan karyanya berjudul Compendio de lo abaco, termasuk di sini menggunakan tanda titik untuk menandai pecahan dengan bilangan dasar sepuluh (desimal).
Dasar bilangan ini perlu diperjelas karena bangsa Babylonia menggunakan pecahan bilangan dasar enam-puluh. Kita juga masih mengadopsi sistem ini pada jam dalam membagi menit dan detik. Praktik menggunakan bilangan dasar 60 diadopsi dari stardar yang dipakai dalam bidang astronomi dan dunia Barat menggunakan sistem ini pada jaman kegelapan (dark ages).




sumber : http://www.mate-mati-kaku.com/asalAsalan/Sistemdesimal.html


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket

Popular Posts